Download: 1024*796
Rabu, 12 November 2008
Senin, 08 September 2008
Jumat, 11 Juli 2008
Rabu, 18 Juni 2008
"Horta!" Rumput pun bisa bercerita!
"Mungkin Tuhan mulai bosan
melihat tingkah kita
yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa.
Atau alam mulai enggan
bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya
pada rumput yang bergoyang."
Penggalan syair lagu Ebiet G Ade "Berita kepada kawan" itu barangkali akan menjadi populer lagi. Apalagi bila si tumbuhan lembut bak permadani nan hijau itu terpajang di meja belajar atau di ruang tamu. Setiap saat kalian bisa "bercanda" dengannya, karena bentuknya lucu dan menggemaskan bak boneka wool yang biasa menjadi teman di tempat tidur.
Pasalnya sekarang telah hadir boneka-boneka imut nan lucu dari bahan serbuk gergaji yang dibungkus stocking bekas. Di bagian kepalanya tumbuh rumput hijau yang bisa dipotong layaknya rambut. Perhatikanlah gambar di samping ini! Itulah gambar boneka "Rumput Hidup" Horta (singkatan dari "hortikultura").
Adalah Asep Rodiansah dan kawan-kawan yang menciptakan boneka-boneka itu. Anak-anak muda lulusan IPB (Institut Pertanian Bogor) itu ingin memperkenalkan dunia hortikultura kepada anak-anak. Dipilihlah boneka sebagai sarana, karena anak-anak akrab dengan mainan seperti itu. Mereka bisa bermain sekaligus belajar mengenali dunia tanaman. Tak akan sulitlah memasukkan pesan-pesan pendidikan lingkungan bila si anak telah menyenanginya terlebih dahulu. Sungguh, sebuah kreativitas dari ide yang cerdas dan patut diacungi jempol.
Siapa menyusul dengan ide-ide kreatif seperti itu dari dunia kebun untuk lingkungan hidup kita? [skd]
Kamis, 05 Juni 2008
Biarlah tanaman berbisik
Adenium - 01
Originally uploaded by BornJavanese
Pernahkah kalian merasa sedih, hampa, bingung, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat? Bahkan seakan-akan hati berhenti berharap karena segalanya terasa sia-sia? Kepala seolah penuh sesak dan mau meledak karena banyaknya masalah tanpa titik terang pemecahan! Tak ada inspirasi. Tak ada kesegaran. Masukan dari teman dekat, saudara, bahkan bapak dan ibu malah terasa semakin membebani dengan anjuran-anjuran yang sulit diwujudkan! Pernahkah demikian?
Terus, apa yang kalian lakukan? Mengurung diri di kamar? Pergi ke mall? Pergi ke tempat yang menyenangkan hati, ke pantai misalnya? Atau ke perpustakaan untuk membaca buku yang inspiratif? Atau berdoa di tempat yang layak untuk itu?
Di balik semuanya itu, ada sesuatu yang sedang kalian cari dan rindukan. Apa itu? Yang jelas sesuatu yang bisa kalian mengerti dan terima dengan hati gembira tanpa rasa keberatan, sesuatu yang lembut menyapa sanubari. Sesuatu itu hanya mungkin ditemukan dalam suasana hati yang hening dan bening. Bukan pertama-tama suasana sekitar yang sepi tanpa suara, namun telinga hati yang siap mendengarkan dan mata nurani yang jeli untuk memandang sekitar.
Pergilah ke kebunmu, barangkali di sana ada sesuatu itu!
Di atas itu adalah sebuah foto tanaman adenium (kamboja jepang) yang sedang bertunas yang aku potret dari halaman rumah di kampung. Beberapa tunas telah menyembul tumbuh dari batang yang telah sekian lama dipangkas. Bukannya kering dan mati karena dipangkas, kamboja jepang itu malah tumbuh dengan keremajaan baru. Cahaya matahari yang terik, justru memacu pertumbuhannya. Tahukah kalian bahwa adenium akan berbunga lebat jika diletakkan di tempat banyak sinar mentari?
Jadi, yang dia butuhkan adalah cahaya sang surya, sekedar untuk tumbuh dan berbunga. Tentu saja cahaya itu melimpah. Tanpa diminta tanpa disuruh, dia selalu ada! Si adenium telah berdiri di atas akar-akarnya. Di dalam batangnya telah tersimpan semua hal yang dia butuhkan untuk berkembang. Perjumpaannya dengan sang cahaya, yang nyaris tidak menambah apa-apa pada dirinya, telah membuatnya menggeliat. Semesta pun kini bisa berharap, si adenium ini kelak akan berbunga!
Bisakah kalian mendengar bisikan kisah dari si adenium itu? [skd]
Rabu, 30 April 2008
Biarlah pohon berkisah
Kita sering melihat ada tulisan yang ditorehkan di kulit pohon besar di tengah taman, tepi hutan wisata, atau di pinggir jalan dekat perhentian bus kota. Tulisan itu ingin menyampaikan perasaan cinta dari seorang cowok ke seorang cewek, misalnya "Sherly, I love you!" Kadang-kadang di pohon yang sama juga sudah terpahat jawabannya, "Toni, I love you too!"
Si pemahat ingin membuat kenangan. Dia ingin pohon itu menjadi semacam prasasti hidup, supaya kelak suatu saat bisa didatanginya kembali. Dia pikir, pohon ini pernah menjadi saksi bisu cintanya terhadap sang kekasih. Seolah-olah suatu saat pohon ini akan berkisah lagi tentang kenangan-kenangan indah bersama si dia. Bisa saja itu terjadi, kecuali kalau si pohon keburu ditebang karena pelebaran jalan atau keperluan lain! Jika demikian, sia-sialah prasasti yang telah dibuatnya. Kasihan deh...
Sebatang pohon memang bisa menjadi tanda bersejarah. Ia bisa membantu kita untuk mengenang sebuah peristiwa. Seringkali itu peristiwa penting, mengesankan, atau sangat bermakna dalam hidup kita. Pemerintah pun kadang memakai pohon untuk menandai dimulainya suatu ajakan tertentu, misalnya mengajak masyarakat menanam sebatang pohon di pekarangannya tepat pada perayaan Hari Bumi (Earth Day) yang jatuh setiap tanggal 22 April.
Aku pun baru saja melakukan hal yang sama. Pada hari kelahiran anak pertama adikku aku menanam pohon beringin. Kebetulan di bibir parit teras ruangan tempat adikku dirawat tumbuh tunas beringin liar. Tunas itu aku cabut dan aku bawa pulang. Sekarang dia tumbuh subur terawat di dalam pot. Suatu saat kelak pohon beringin itu akan menjadi cerita untuk keponakanku yang lahir Minggu, 30 Maret 2008 lalu. Pasti beringin itu akan menjadi hadiah istimewa untuknya.
Tanamlah sebuah pohon atau tanaman tertentu untuk hari-hari istimewamu: ulang tahunmu, hari kelulusanmu, atau hari jadianmu dengan si dia! Daripada membuat kenangan dengan merusak lingkungan, kan lebih baik dengan memelihara dan merawat sesuatu yang pasti lebih berkesan dan pasti bermanfaat. [skd]
Senin, 28 April 2008
Laki-laki pun boleh menyukai bunga-bunga, kok!
Sejak kapan mencintai bunga-bunga hanya monopoli anak perempuan? Ada yang bisa menjawab? Yakin, ga' ada yang tahu! Dan tidak perlu dijawab, karena yang boleh mencintai bunga-bunga bukan hanya anak perempuan saja. Laki-laki pun boleh! Ntar dibilang banci! Sejak kapan anak laki-laki senang bunga terus jadi banci? Tak perlu dijawab, karena tidak ada sejarah seorang laki-laki yang mendadak hilang kelaki-lakiannya hanya gara-gara menyenangi bunga-bunga!
Kadang-kadang perlu toh, seorang laki-laki menampilkan dirinya yang lembut kebapaan, tidak terus-terusan kasar dan keras! Belajarlah sifat indah, lembut, gentleman, kebapaan itu dari dunia bunga-bunga. [skd]
Senin, 21 April 2008
Terasku rame dengan tanaman
Aku tidak punya pekarangan yang luas. Bahkan tanah pun tidak ada. Semua bagian tempat tinggalku saat ini berupa cor-coran semen. Maklum, aku masih tinggal di rumah kontrakan di Jakarta. Namun hal itu tidak menjadi kendala bagiku untuk menyalurkan hobbyku berkebebun. Bukankah kita bisa menanam tanaman di dalam pot?
Lihatlah foto di samping ini. Cukup menyejukkan mata bukan? Itulah foto "kebun kecilku" di teras rumah kontrakan. Meskipun hanya ditanam dalam pot-pot plastik, mereka bisa tumbuh dengan suburnya. Hijau daun-daunnya dan beberapa warna-warni bunga yang kadang berkembang cukup membuat suasana terasku menjadi lebih teduh. Setiap bangun pagi terasku itu serasa seperti taman kecil di pojok bangunan gedung rumah yang serba beton dan semen. Aku menyiraminya dua kali sehari, pagi dan sore.
Aku punya beberapa macam tanaman hias: anthurium gelombang cinta (wave of love), sri rejeki, philodendron, keladi tengkorak, aglonema, cocor bebek, anggrek tanah dan lain-lain. Bahkan beberapa tidak aku kenal namanya, yang penting tanaman itu asri dipandang. Ada juga tunas alpukat yang ditanam istriku. Dia merasa sayang kalau biji dari buah alpukat yang dia beli hanya dibuang begitu saja. Sementara aku juga menaman tunas beringin yang aku ambil dari rumah sakit St. Carolus Boromeus di hari kelahiran keponakanku. Untuk kenang-kenangan, maksudku.
Jadilah terasku rame dengan tanaman. Ternyata tanpa pekarangan luas pun aku masih bisa "menciptakan" tempat "wisata" sederhana. Ya, aku sering menyebutnya demikian karena tanaman-tanaman di dalam pot-pot di teras itu berfungsi mirip dengan tempat wisata: di sana aku merasa disegarkan dan hatiku terhibur oleh keindahan tanaman-tanaman itu. Sebelum berangkat kerja, taman kecilku itu seperti menghembuskan semangat dan gairah hidup yang baru. Sepulang kerja, ia seolah menyerap semua kepenatan dan kejenuhan yang ada di tubuhku. Ketika aku sulit tidur di malam hari pun tanaman-tanaman itu menemaniku untuk sejenak bercengkerama sampai kantuk tiba. Kadang-kadang mereka bahkan menyampaikan cerita malam tentang alam semesta yang agung ini. Beberapa malah mengajariku untuk berpuisi. Dan tak jarang mereka seolah mengajakku berdoa, sujud di hadapan Allah Sang Maha Pencipta. [skd]
Rabu, 09 April 2008
Siapa yang sangat berjasa?
Setiap hari kita makan.
Dari mana asal makanan itu? Dari pasar. Kok di pasar ada bahan makanan? Ya, karena para petani menjual hasil buminya ke sana. Maka berterima kasihlah kepada para petani yang telah berbagi hasil jerih payahnya kepada kita. Coba bayangkan seandainya mereka tidak mau menjual panenannya ke pasar! Apa mereka tidak butuh uang? Eh, jangan salah! Kadang-kadang mereka bisa bertahan hidup tanpa uang loh! Mereka bisa mencukupi kebutuhan dasarnya dari pekarangan sekitar: sayur-mayur, umbi, jagung, padi, kelapa, ikan, ternak, dll. Tahu nggak, mereka bisa "mengubah" tanah menjadi wortel, kacang, lombok, pepaya, tomat, dan lain-lain masih banyak lagi? Hebat kan? Jadi, sebetulnya setiap hari kita "makan tanah"! Ya toh? Hehehe...
Setiap hari kita butuh air bersih.
Kita minum, mandi dan mencuci setiap hari dengan menggunakan air bersih. Bayangkan ketika kran di dapur atau di kamar mandi tidak mengalirkan air! Pasti kita bisa uring-uringan. Ternyata guyuran air yang setiap hari kita pakai sangatlah berarti. Tiap tetes air sebetulnya merupakan anugerah yang sepatutnya kita syukuri. Maka sebaiknya kita menggunakan air secara hemat. Tidak hanya itu. Kita perlu memahami asal-muasal dan "perilaku" air di alam semesta ini supaya kita bisa menjaga kelestariannya. Lho, kan ada musim hujan?! Iya..., tetapi kan juga ada musim kemarau! Darimana asal air di musim kemarau? Kan ada sumur! Iya..., tetapi bagaimana kalau musim kemaraunya puanjaaang... dan sumur mengering? Nah, lho!
Setiap saat kita menginjak bumi.
Kita berjalan menapak tanah. Kita berlari-lari di atas tanah. Kita bermain-main di tanah lapang. Pepohonan dan bunga-bunga di taman juga tumbuh dari dalam tanah. Jadi, sebetulnya kita setiap saat bergaul dengan tanah. Namun kita jarang bergaul akrab, berteman akrab, atau bahkan "bekerja sama" akrab dengan tanah. Padahal ia juga perlu "disapa" dan diperhatikan. Tahu nggak, kalau tanah juga bisa "ngambeg"? Itulah tatkala tidak ada air mengalir dari urat-uratnya. Itulah ketika air tidak mau "tinggal" di dalamnya karena tidak ada yang "mengikatnya" erat-erat. Itulah ketika tanah tidak mampu menyimpan air lagi, atau bahkan tidak mau ditumbuhi tanaman apa pun, bahkan rumput pun tidak.
Dan setiap saat kita bernafas.
Tutuplah hidung dan mulutmu barang satu atau dua menit, atau lebih jika kuat! Bagaimana rasanya? Sumpek, dada sesak. Barulah kita sadar kalau ternyata kita ini bernafas supaya tetap hidup. Kita menghirup oksigen, dan badan kita merasa segar. Oksigen (O2) adalah penopang hidup kita. Darimana asal oksigen di alam semesta ini? Di daerah yang jarang terdapat tumbuh-tumbuhan, seperti di daerah perkotaan, sulit sekali kita menghirup udara bersih. Yang ada adalah udara yang sudah terpolusi oleh asap kendaraan bermotor dan asap pabrik. Udara di perkotaan sudah terlalu jenuh dengan gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas berbahaya lainnya. Untuk menetralisir polusi udara itu ditanamlah sederetan pohon di pinggir jalan. Melalui fotosintesis tumbuhan-tumbuhan mampu mengubah CO2 itu menjadi O2. Kita pun kadang-kadang pergi ke luar kota ke daerah pedesaan atau pegunungan di akhir minggu untuk menghirup udara yang lebih segar dan bersih. Di sana kan banyak tetumbuhan. Jadi setiap hari kita "dibantu" oleh tanam-tanaman. Tumbuh-tumbuhan membuat kita segar dan tidak sumpek. Udara pun terasa sejuk dan tidak panas. Lagipula pemandangan juga menjadi lebih indah dan tidak membosankan. Bagaimana lokasi di sekitar tempat tinggalmu? Banyak pepohonan atau sedikit?
Siapa yang sangat berjasa?
Kalau satu per satu hal-hal di atas kita perhatikan, siapa yang paling berjasa untuk menopang kehidupan kita? Tentu semuanya! Hehehe... Namun, bagaimana kalau tidak ada tanaman? Dan bagaimana pula jika tidak ada yang merawat serta memperhatikannya? [skd]
Senin, 07 April 2008
Pemikiran
Namun rupa-rupanya saat ini keagrarisan masyarakat kita patut dievaluasi kembali. Seiring dengan perkembangan zaman yang menawarkan gaya hidup perkotaan, dunia bercocok tanam kita menjumpai kondisi yang cukup menantang. Generasi penerus kita saat ini lebih demen pada dunia selai bercocok tanam dan mengolah tanah. Mereka terkondisi seperti itu baik dalam lingkungan pendidikan sekolah, pergaulan atau bahkan dalam keluarga sendiri. Sebagian besar orang tua menginginkan anak-anaknya untuk pergi "dari" sawah dan ladang.
Tentu saja upaya-upaya optimistis untuk mengembalikan potensi agraris generasi kita itu tetap ada. Di televisi ada sebuah iklan layanan masyarakat dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) yang mengajak kita untuk membeli produk-produk pertanian dalam negeri. Beberapa perusahaan besar tidak ketinggalan juga telah mengembangkan Company Social Responsibility (CSR) di wilayah-wilayah masyarakat tani. Program-program acara kuliner yang saat ini sedang populer di televisi sering juga mengekspos lokasi-lokasi yang representatif untuk menumbuhkan minat beragrobisnis. Daerah-daerah agrowisata semakin tersebar dan dikembangkan di mana-mana. Suasana asri alam pedesaan bahkan menjadi trend yang dihadirkan di hotel-hotel atau restoran kota. Demam tanaman hias anthurium yang sempat booming beberapa saat lalu boleh juga kita pandang sebagai sebuah shocking moment tentang adanya peluang yang menjanjikan dari dunia kebun.
Terlalu bernilai bila stimulus-stimulus seperti itu lewat begitu saja. Ada beberapa insight yang terbertik dari hal-hal di atas:
- Alam hidup agraris adalah anugerah ilahi yang patut disyukuri dan dirayakan dengan proaktivitas.
- Kebanggaan akan keagrarisan masyarakat kita patut dievaluasi kembali untuk menemukan gagasan-gagasan dan sikap-sikap baru supaya minat akan dunia bercocok tanam dengan segala keunggulannya mendapatkan dukungan semenjak dini.
- Bagaimana menanamkan dan mengembangkan apresiasi terhadap dunia bercocok tanam ini bisa dimulai sejak dini, baik dalam lingkungan pendidikan sekolah maupun dalam keluarga? [skd]
Jumat, 04 April 2008
Sumber-sumber (Resources)
Berikut ini link-link situs berbahasa Inggris yang bisa kalian kunjungi untuk mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai "Gardening": . Kalian bisa juga mencari sendiri dengan mengetikan "garden", "gardening", "gardening tips" atau apapun yang kalian suka berkatian dengan berkebun ke dalam kotak pencarian Google di browser kalian atau di browser yang telah tersedia di bagian atas halaman ini.
- Kids Gardening
- National Gardening Association
- Beginner Gardening
- Organic Garden Tips
- Gardening Tips - The Helpful Gardener
- Garden TIPS
- Gardening Tips and Ideas
- Home and Garden Tips (Natural Resources Conservation Service)
Sedangkan berikut ini situs berbahasa Indonesia: