Google
 

Rabu, 09 April 2008

Siapa yang sangat berjasa?

Setiap hari kita makan.
Dari mana asal makanan itu? Dari pasar. Kok di pasar ada bahan makanan? Ya, karena para petani menjual hasil buminya ke sana. Maka berterima kasihlah kepada para petani yang telah berbagi hasil jerih payahnya kepada kita. Coba bayangkan seandainya mereka tidak mau menjual panenannya ke pasar! Apa mereka tidak butuh uang? Eh, jangan salah! Kadang-kadang mereka bisa bertahan hidup tanpa uang loh! Mereka bisa mencukupi kebutuhan dasarnya dari pekarangan sekitar: sayur-mayur, umbi, jagung, padi, kelapa, ikan, ternak, dll. Tahu nggak, mereka bisa "mengubah" tanah menjadi wortel, kacang, lombok, pepaya, tomat, dan lain-lain masih banyak lagi? Hebat kan? Jadi, sebetulnya setiap hari kita "makan tanah"! Ya toh? Hehehe...

Setiap hari kita butuh air bersih.
Kita minum, mandi dan mencuci setiap hari dengan menggunakan air bersih. Bayangkan ketika kran di dapur atau di kamar mandi tidak mengalirkan air! Pasti kita bisa uring-uringan. Ternyata guyuran air yang setiap hari kita pakai sangatlah berarti. Tiap tetes air sebetulnya merupakan anugerah yang sepatutnya kita syukuri. Maka sebaiknya kita menggunakan air secara hemat. Tidak hanya itu. Kita perlu memahami asal-muasal dan "perilaku" air di alam semesta ini supaya kita bisa menjaga kelestariannya. Lho, kan ada musim hujan?! Iya..., tetapi kan juga ada musim kemarau! Darimana asal air di musim kemarau? Kan ada sumur! Iya..., tetapi bagaimana kalau musim kemaraunya puanjaaang... dan sumur mengering? Nah, lho!

Setiap saat kita menginjak bumi.
Kita berjalan menapak tanah. Kita berlari-lari di atas tanah. Kita bermain-main di tanah lapang. Pepohonan dan bunga-bunga di taman juga tumbuh dari dalam tanah. Jadi, sebetulnya kita setiap saat bergaul dengan tanah. Namun kita jarang bergaul akrab, berteman akrab, atau bahkan "bekerja sama" akrab dengan tanah. Padahal ia juga perlu "disapa" dan diperhatikan. Tahu nggak, kalau tanah juga bisa "ngambeg"? Itulah tatkala tidak ada air mengalir dari urat-uratnya. Itulah ketika air tidak mau "tinggal" di dalamnya karena tidak ada yang "mengikatnya" erat-erat. Itulah ketika tanah tidak mampu menyimpan air lagi, atau bahkan tidak mau ditumbuhi tanaman apa pun, bahkan rumput pun tidak.

Dan setiap saat kita bernafas.
Tutuplah hidung dan mulutmu barang satu atau dua menit, atau lebih jika kuat! Bagaimana rasanya? Sumpek, dada sesak. Barulah kita sadar kalau ternyata kita ini bernafas supaya tetap hidup. Kita menghirup oksigen, dan badan kita merasa segar. Oksigen (O2) adalah penopang hidup kita. Darimana asal oksigen di alam semesta ini? Di daerah yang jarang terdapat tumbuh-tumbuhan, seperti di daerah perkotaan, sulit sekali kita menghirup udara bersih. Yang ada adalah udara yang sudah terpolusi oleh asap kendaraan bermotor dan asap pabrik. Udara di perkotaan sudah terlalu jenuh dengan gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas berbahaya lainnya. Untuk menetralisir polusi udara itu ditanamlah sederetan pohon di pinggir jalan. Melalui fotosintesis tumbuhan-tumbuhan mampu mengubah CO2 itu menjadi O2. Kita pun kadang-kadang pergi ke luar kota ke daerah pedesaan atau pegunungan di akhir minggu untuk menghirup udara yang lebih segar dan bersih. Di sana kan banyak tetumbuhan. Jadi setiap hari kita "dibantu" oleh tanam-tanaman. Tumbuh-tumbuhan membuat kita segar dan tidak sumpek. Udara pun terasa sejuk dan tidak panas. Lagipula pemandangan juga menjadi lebih indah dan tidak membosankan. Bagaimana lokasi di sekitar tempat tinggalmu? Banyak pepohonan atau sedikit?

Siapa yang sangat berjasa?
Kalau satu per satu hal-hal di atas kita perhatikan, siapa yang paling berjasa untuk menopang kehidupan kita? Tentu semuanya! Hehehe... Namun, bagaimana kalau tidak ada tanaman? Dan bagaimana pula jika tidak ada yang merawat serta memperhatikannya? [skd]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar